Showing posts with label Angin. Show all posts
Showing posts with label Angin. Show all posts

Wednesday, November 28, 2012

Sepenggal Kisah Cinta si Daun Kecil


Dear You,..

Aku hanyalah daun kecil yang telah terlepas dari ranting pohon. Sebelumnya, aku berharap bahwa ranting pohon adalah kehidupanku, penopangku dikala rasa lelah menghampiri dan penggenggamku ketika aku mulai lengah oleh angin yang menghampiriku. Namun kini genggaman itu tak bisa lagi dirasakan. Dan akhirnya pun aku terlepas dari rantingku. Apakah ini tanda waktu  kita telah usai? Apakah ini namanya sebuah perpisahan? Atau ini memang sudah saatnya aku terlepas dari genggaman rantingku?

Daun terbang karena Angin bertiup dan karena Pohon tidak berjuang memintanya untuk tinggal. Mungkin juga daun terlepas dari pohon karena kesalahan daun. Atau segala sesuatu yang terjadi karena kesalahpahaman diantara keduanya. Everything happened for a reason!

Dia yang berkuasa atas diriku telah memberiku banyak pelajaran. Pelajaran ketika menghadapi cobaan dari kehidupan. Dan aku tak punya alasan untuk membencinya atau sekedar marah padanya. Kini, Aku harus mulai terbiasa tanpa dirinya, tempat di mana aku bisa bermanja, tempat di mana aku mencurahkan perasaanku, dan melindungiku dari angin yang mencoba menggodaku untuk sejenak bersenang-senang dan melihat indahnya sunset.  

Mungkin kita takkan pernah merasakan indahnya kerinduan jika setiap hari bertemu. Rindu itu ada saat kita saling ‘berpisah'. Kita tidak akan merasakan manisnya gula, jika tidak mengenal asamnya cuka dan asinnya garam. Dan Kita juga tidak akan merasakan indahnya cinta, jika tanpa ujian cinta yang dahsyat. 

Daun perlu merasa ‘keringsemua tidak lain untuk menguji keteguhan cinta sang pohon pada daun, dan memas’ atas kondisi hubungannya dengan pohon seperti dinginnya alam. Dan Pohon pun perlu merasa menggigil ditinggal daun dalam kesendiriannya. Itu tikan dirinya akan tetap hidup dan berdiri tegak menunggu ‘kekasih hatinya’ sang daun kembali dalam jelujur ranting-rantingnya yang kokoh. Sekaligus menguji kesetiaan daun, akankah ia kembali pulang ke pangkuan sang pohon atau telah pergi jauh bersama angin. Waktu yang akan menjawab semua itu :)

Pohon Akan Tetap Hidup Tanpa Daun, Tapi Daun Pasti Mati Jika Sudah Lepas Dari Pohon. Karena daun hanya akan bertahan selama semusim, sedangkan pohon akan tetap hidup bertahun-tahun. Angin Mampu Menerbangkan Daun Tapi Tak Akan Mampu Menjaga Daun Untuk Tetap Hidup.

Apa mau dikata dia adalah pohon yang kokoh. Aku sama sekali tak mengetahui sekeras apa ia bersikap. Tak perduli seberapa kuat aku bertahan di bawah bayang-bayangnya, tak perduli seberapa sabar aku bertahan dalam dinginnya malam dan menghadapi godaan untuk tetap bertahan dan tidak terbang tertiup angin. Dia tetaplah pohon yang tak dapat kupahami meski telah lama aku mengenalnya. Dia adalah pohon yang mungkin tak ingin kuusik lagi.


You told me this time is the last time. That I will ever beg you to stay. But you're already on your way :(

Mungkin bagi pohon, daun kecil hanyalah sebuah daun kecil yang dapat dijumpainya di setiap rantingnya dan masih banyak daun yang lebih baik dari daun kecilnya. Dan mungkin berharap akan mendapatkan daun yang terbaik bagi rantingnya. Tetapi, bagi daun pohon adalah segalanya. Kehidupannya. Kini, daun harus melanjutkan hidupnya, hidup sebagai daun yang suatu saat akan mengalami perubahan warna. 


aku tau semuanya pasti akan berubah..
seperti daun yang akan menguning lalu jatuh bergugurann...
namun..
perubahan yang kini sedang aku rasakan terlalu cepat..
bahkan lebih cepat dari bergantinya malam menjadi malam..
dan perubahan ini seperti tidak akan pernah terganti oleh sesuatu yang SAMA.
namun perubahan ini teteap akan menjadi perubahan untuk selamanya, yang bersemi bukanlah kebahagiaan tetapi air mata..

Daun masih sangat mencintai pohon dan tak ingin pergi meski pohon telah memintanya untuk pergi. Karena daun tak dapat berpaling begitu saja!!! Daun terlalu mencintai pohon yang baru saja membuangnya. Pohon, yang telah membuatnya jatuh cinta. Dan aku takkan menyerah mencintainya. Aku akan tetap di sini, di kakinya sampai aku membusuk, terserap tanah, lalu menyuburkannya, pohon yang telah tidak menginginkanku lagi. Ini lah pengorbanan cintakuku untuknya. Mungkin, ini juga lah cara Tuhan mempersatukan kita dengan cara yang berbeda :)

Ya, Percuma saja, Dia tetaplah pohon yang kokoh dan tidak memerlukan daun. Tak perduli sekuat apa aku menarik perhatiannya, tak perduli seberapa besar usahaku untuk ia tetap mempertahankku dan membiarkanku tetap berada di sisinya atau hanya sekedar dapat bertahan dibawah bayangnya. Karena daun tidak ingin menjauh dan semakin jauh dari pohon. Tapi dia tetaplah pohon, pohon yang tak pernah dapat kusentuh lagi meski dapat kulihat keberadaannya. 

Ah, lihatlah. Betapa bodohnya diriku meluapkan semua kata-kata itu. Terlalu jujur dalam mengungkapkan perasaanku terhadap Pohon. Aku tidak perduli dengan kejujuran ini aku dianggap lemah oleh orang lain. Aku akui, aku memang lemah tanpa ranting pohonku. 


With Love,


Daun Kecilmu

Monday, November 26, 2012

Daun Kecil Dengan Angin


Cerita ini diawali ketika daun kecil mulai mengenal sang angin sebagai sesuatu yang menyejukkan
Sang angin memberi gerakan-gerakan yang menggerakkan daun
sehingga daun dapat mengintip dunia dari cakrawala pikir yang lain
Dan ketika angin pergi
Daun hanya bisa kembali diam, bertahan pada letaknya
Daun mengingat torehan pesan-pesan yang pernah dihembuskan sang angin
lalu melanjutkan kehidupannya seperti dulu, kehidupan yang seharusnya

Sekedar cerita, bahwa sejak angin sejuk datang
daun tahu bahwa angin memberi udara yang berbeda dengan apa yang daun alami biasanya
tapi sebaliknya daun pun sadar..ia tak terlalu bermakna bagi sang angin
mungkin bagi angin, sebuah daun kecil begitu banyak di dunia ini
dan masih banyak berbagai daun yang lebih baik, tapi daun tidak peduli
karena angin begitu menyejukkan

Suatu malam angin berkata pada daun
bahwa mereka tidak akan lagi mudah berkomunikasi
karena angin akan pergi dalam pengembaraan suci
angin terus berlalu dan berkelana
Dan daun hanya bisa berharap semoga perjalanan angin lancar
persis seperti di malam-malam awal daun mengenal sang angin,
daun berdoa sesuai pinta sang angin
agar angin mendapatkan yang terbaik..

Hari-hari berikutnya daun berharap ia merasakan kesejukan lain,
namun dia tersadar bahwa tidak akan ada gerakan udara lain yang sama dengan sang angin sejuk
bagaimanapun kehidupan sang daun harus terus berlanjut
sebagaimana angin yang terus berarah
karena tak mungkin bagi daun untuk mengejar sang angin sejuk
daun harus tetap bertahan pada posisinya
dia harus terus tumbuh di sana
serta melakukan tugasnya untuk berfotosintesa
sampai ketika daun kecil menjadi dewasa dan menguning
saat itu ia dapat terbang lepas bersama angin,
menikmati berbagai sisi dunia sesuka mereka
entah yang menerbangkan daun kecil itu angin sejuk atau angin lain
yang pasti, bagi daun, angin itu kelak adalah angin tegas
karena angin itu memilih untuk menyelesaikan apapun yang ia mulai,
bagaimanapun akhirnya

Friday, November 23, 2012

Wanita dan Pria


Wanita adalah:
1. Orang yang akan mendampingimu seumur hidup.
2. Orang yang akan melahirkan anak"??, walau dengan penuh rasa sakit.
3. Orang yang merawatmu sampai tua.
4. Orang yang akan merawatmu pd saat kau sakit.
5. Orang yang akan selalu mendukung walau kau gagal berpuluh" bahkan beratus" kali.
6. Orang yang memberikan hidupnya untukmu. Bahkan ia membuang egonya demi bersamamu. Bahkan saat kau menyakitinya, ia tetap berada ?î sampingmu..

Sedangkan pria adalah..
1. Orang yang akan menjagamu seumur hidupmu.
2. Orang yang berkorban untukmu.
3. Orang yang menafkahimu.
4. Orang yang merawatmu pd saat kau sakit.
5. Orang yang memelukmu pada saat kau sedih.
6. Orang yang ingin membuatmu bahagia.

Mereka sama berharganya, hanya saja mereka mempunyai perbedaan" yang kadang membuat mereka menyakiti 1 sama lain, dan itu hanya dapat diatasi dengan pengertian dari kedua belah pihak.

Hidup itu singkat... 

Terlalu singkat untuk berbagai pertengkaran... 

Mengapa tidak kau bahagiakan saja pasanganmu, dan mengisi hari-hari kalian dengan penuh cinta, dan membuat pasanganmu tersenyum lebih lebar tiap harinya? 

Bukankah itu lebih baik dan bahagia dibanding saling menyakiti? :) 

Walaupun banyak hal, dimana kenyataannya tak mudah untuk dilalui, bahkan terkadang enggan untuk melaluinya.

Melihat ke atas : memperoleh semangat untuk maju.
Melihat ke bawah : bersyukur atas semua yg ada.
Melihat ke samping : smangat kebersamaan.
Melihat ke belakang : sebagai pengalaman berharga.
Melihat ke dalam : untuk instropeksi & 
Melihat ke depan : untuk menjadi lebih baik ...

Dari air kita belajar ketenangan.....
Dari batu kita belajar ketegaran.....
Dari tanah kita belajar kehidupan.....
Dari kupu-kupu kita belajar merubah diri.....
Dari padi kita belajar rendah hati.....
Dari TUHAN kita belajar tentang kasih yang sempurna......

Monday, November 12, 2012

Daun dan Ranting


Daun tidak pernah membenci angin.
Ia tidak pernah menyesal ketika harus meninggalkan ranting.
Daun adalah hidup dan ranting adalah kehidupan.
Sementara angin adalah takdir, barangkali.

Apakah aku adalah Daun?
Apakah kau adalah Rantingku?
Lantas siapakah angin? Mengapa ia begitu berkuasa?

Ah, anggap saja semua yang hidup adalah daun, berarti itu aku.
Aku adalah Daun.

Bersediakah kau menjadi Rantingku, kehidupanku, penopangku, penggenggamku?  Sedari dulu..
Siapa lagi?

Iya, bila aku adalah Daun dan kau adalah Ranting, berarti kita akan berpisah..

Angin memang begitu berkuasa.
Namun aku tak punya alasan untuk membencinya.
Mengapa aku harus menyesal?

Kau, Ranting, memberiku begitu banyak pelajaran.
Kau memberiku kehidupan yang tiada lain adalah dirimu.
Apa yang harus aku sesalkan?

Bila angin telah datang, dan waktu kita telah usai, lepaskanlah genggamanmu.
Angin mengetahui arah, dia tau segalanya.
Percayakan aku padanya. Akankah kau?

Angin adalah takdir, ia akan menuntunku.
Angin adalah takdir, ia akan membawaku kepada kehidupan baru.
Itu bukan Kau, memang.
Apa yang harus aku sesalkan?

“Daun tak pernah menyesal ketika harus berpisah dengan ranting.”, katamu.
Aku pun tidak.

Apakah aku adalah Daun dan kau adalah Ranting?

Wednesday, November 7, 2012

Kisah Angin, Daun dan Pohon (II)


Ada suatu masa dimana sebuah pohon bersemi dengan indah. Daun menghijau, sangat kontras ditimpa cahaya mentari musim panas, tetapi kemudian musim panas berlalu, digantikan oleh musim gugur.

sudah tiba waktunya bagi pohon untuk meminta daun pergi. Daun pun pergi, walaupun dengan hati yang amat berat. Tetapi daun memutuskan untuk tidak meninggalkan pohon, karenanya ia tetap tinggal di kaki pohon. Sampai pada suatu ketika ia memohon pada angin untuk menerbangkannya kembali ke atas pohon. Meskipun tahu bahwa itu adalah suatu usaha yang sia-sia, angin menyanggupinya. ia tersentuh oleh ketulusan hati daun. Sekuat apapun angin tak dapat mengembalikan daun ke atas pohon.

Pohon menyadari usaha angin sahabatnya, dan memintanya untuk menghentikan usaha itu. Pohon pun meminta angin untuk menerbangkan daun dari kaki pohon. Lagi-lagi angin menyanggupi meskipun ia tahu itu juga adalah usaha yang sia-sia, karena daun masih sangat mencintai pohon dan tak ingin pergi meski pohon telah memintanya untuk pergi. Angin berusaha lebih keras dari sebelumnya, karena tanpa sadar ia telah jatuh cinta pada daun.

Sesekali daun menari-nari karena tiupan angin, tetapi angin belum juga berhasil menerbangkannya dari kaki pohon. Akhirnya angin yang kelelahan berkata, "daun yang sudah gugur tidak akan bisa kembali ke pohonnya!" daun terdiam, menyadari kebenaran dari kata-kata angin, tetapi tetap tidak bergeming.

Angin kembali berkata, "lihatlah! musim semi telah datang bagi pohon, dan daun-daun baru telah tumbuh. tapi kenapa kamu tidak membiarkanku membawamu terbang mencari tempat yang lebih baik?"

Daun tetap terdiam, tanpa berani membalas tatapan angin. ia menyadari kebenaran kata-kata angin, tetapi ia tetap tidak ingin meninggalkan pohon. Daun pun berkata, "ini adalah pohon pertamaku, dimana aku pernah bersemi dengan begitu indah. Aku tak dapat meninggalkannya, aku tak dapat berpaling begitu saja, meskipun ia telah memintaku untuk pergi!"

Kali ini angin terdiam, ia merasakan ketulusan hati daun. tetapi kali ini ketulusan itu justru melukai perasaannya. ia berkata dengan suara bergetar, "jika kamu memang hanya mencintainya, kenapa kamu bergeming saat aku berusaha menerbangkanmu? tahukah kamu bahwa itu hanya akan memberiku harapan kosong? akan lebih baik jika kamu tetap membatu seperti sekarang!" angin pun berlalu tanpa memedulikan jawaban daun.

Daun tertegun, terpaku tak percaya mendengar perkataan angin. dan semenjak hari itu angin tak lagi menyapa daun di kaki pohon. daun pun merenung dalam kesepiannya, terdiam mempelajari kesendiriannya. tanpa sadar ia mendongak, menatap pohon di hadapannya. pohon yang selama ini ia cintai dan begitu enggan ia tinggalkan. begitu hijau, begitu indah, begitu cantik. "ia terus menatap masa depan," pikir daun dengan perasaan getir namun kagum. "ia tetap bersemi menghadapi musim semi dan panas, tanpa terlarut terlalu lama akan musim gugur dan musim dingin."

Daun pun kembali menunduk, teringat kembali akan kata-kata terakhir angin. tanpa sadar ia mengharapkan suara itu kembali menyapanya. ia merindukan tiupan hangat yang sebelumnya senantiasa menerpanya dengan lembut. hari demi hari berlalu, malam demi malam berganti. daun tetap tak bergeming di kaki pohon, tetapi kali ini dalam kondisi yang berbeda dari sebelumnya.

selama ini ia tak bergeming atas keinginannya sendiri, atas keteguhan hatinya, yang kini telah ia kenali sebagai suatu sifat keras kepala. namun kali ini ia tak bergeming karena tak ada yang membuatnya bergeming, karena tak ada angin yang dulu senantiasa berusaha membawanya terbang pergi.

Daun yang malang kini menyadari sesuatu. ia merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan, yakni penyesalan. penyesalan akan kebutaan terhadap sesuatu yang seharusnya dapat memberinya kebahagiaan. penyesalan akan waktu yang telah ia sia-siakan demi sebatang pohon. saat ia terlarut dalam kesedihannya, tiba-tiba ia mendengar suara yang sangat ia kenal. ia merasakan kehangatan yang begitu ia rindukan. daun pun mendongak, membalas senyuman angin. perlahan ia merasakan tubuhnya terangkat, melayang begitu ringan dan nyaman, semakin menjauh dari kaki pohon.  ia menunduk, menatap pohon tempatnya bernaung selama ini, tetapi kali ini dengan perasaan lega dan bahagia. "pandanglah ke depan," angin berbisik lembut di telinga daun. daun kembali mendongak, dan menatap angin sambil tersenyum.

Kisah Angin, Daun dan Pohon


Kisah sang angin

Padang rumput ini adalah tempatku tinggalku
Ya aku tahu, tidak seharusnya angin memiliki tempat tinggal
Teman-temanku yang lain sering berkelana dari satu tempat ke tempat lain
Karena, memang itu yang dilakukan oleh angin
Bebas berhembus kemanapun kami mau.

Aku juga begitu, dulu !

Begitu aku sampai di padang rumput ini, aku memutuskan tidak ikut mereka
Dan tinggal di sini !

Aku tentu saja aku punya banyak teman sesama angin
Sudah banyak angin yang singgah di padang rumput ini
Dan tiap akan pergi, mereka selalu mengajakku serta
Tapi aku akan tetap setia pada padang rumput tempat tinggalku ini
Maka mereka menyebutku angin yang aneh
Tahukah kalian apa yang membuatku begitu menyukai tempat ini ?

Lihatlah pohon itu, tidakkah kau lihat selembar daun yang tampak berbeda
Daun itu lebih hijau dari yang lain
Dan tiap aku bermain di sekitar pohon itu, dialah yang bergerak paling ceria
Keceriaan yang menghipnotisku untuk menghentikan pengelanaanku
Dan diam di sini

Seperti biasa aku bermain di sekitar pohon tempat daunku tinggal
Ia tak seceria biasanya, bahkan ia tampak sedih
Aku berputar di sekitar pohon, ingin tahu apa yang menimpanya
Tetapi betapa terkejutnya aku ketika daun itu tiba tiba terlepas dari ranting sang pohon

Aku terdiam memandangi sang daun yang kini tergeletak di tanah
Ia bebas sekarang, ia tidak lagi tergantung di atas ranting pohon
Ini kesempatanku untuk melanjutkan perjalanan
Tanpa kehilangan alasan utamaku berhenti berkelana

Maka kuhampiri sang daun, mencoba mengajaknya ikut berkelana bersamaku
Tapi jawabannya membuat hatiku teriris

Maaf angin, andai saja aku bisa. Aku terlalu mencintai pohon yang baru saja membuangku ini. Dan aku takkan menyerah mencintainya. Aku akan tetap di sini, di kakinya sampai aku membusuk, terserap tanah, lalu menyuburkannya, pohon yang membuangku

Maka aku memutar tubuhku, tak sanggup lebih lama menyaksikan daun terindahku terluka, apalagi sampai membusuk demi pohon yang membuangnya

Kisah sang daun

Akulah daun, yang kau buang dari rantingmu dulu
Kutolak ajakan angin yang hendak menerbangkanku
Karena aku tak rela meninggalkanmu
Wahai pohon yang membuangku
Maka di sinilah aku
Tergeletak di bawah kakimu
Kubiarkan diriku membusuk
Untuk kemudian diserap tanah
Lalu menyuburkanmu
Pohon yang membuangku

Kisah Sang Pohon

Akulah pohon
Aku menatap daun yang baru saja jatuh dari rantingku
Ia terlihat tegar, walaupun kesedihannya tidak dapat tertutupi
Kudengar angin mengajaknya untuk pergi bersama
Tapi ia menolak
Ia ingin tetap di sini katanya
Membusuk, terserap tanah, dan menyuburkanku
Pohon yang membuangnya

Aku menangis mendengar kata katanya
Bukan hanya karena pengorbanannya
Tapi karena keadaan yang membuat aku harus membiarkannya berpikir kalau aku telah membuangnya

Padahal aku tidak pernah sekalipun ingin melepaskan daun itu dari rantingku 
Bahkan jika Tuhan mengijinkan, akan aku lepaskan daun daun lain untuk mempertahankan daun terbaikku ini

Tapi mana bisa menawar Tuhan ?

Wahai daun yang kulepaskan
Aku biarkan kau berpikir aku telah membuangmu
Tapi aku menunggu saat dimana kau terserap tanah
Dan merambat masuk untuk menguatkanku

Karena mungkin, inilah cara Tuhan mempersatukan kita