Monday, November 12, 2012

Daun dan Ranting


Daun tidak pernah membenci angin.
Ia tidak pernah menyesal ketika harus meninggalkan ranting.
Daun adalah hidup dan ranting adalah kehidupan.
Sementara angin adalah takdir, barangkali.

Apakah aku adalah Daun?
Apakah kau adalah Rantingku?
Lantas siapakah angin? Mengapa ia begitu berkuasa?

Ah, anggap saja semua yang hidup adalah daun, berarti itu aku.
Aku adalah Daun.

Bersediakah kau menjadi Rantingku, kehidupanku, penopangku, penggenggamku?  Sedari dulu..
Siapa lagi?

Iya, bila aku adalah Daun dan kau adalah Ranting, berarti kita akan berpisah..

Angin memang begitu berkuasa.
Namun aku tak punya alasan untuk membencinya.
Mengapa aku harus menyesal?

Kau, Ranting, memberiku begitu banyak pelajaran.
Kau memberiku kehidupan yang tiada lain adalah dirimu.
Apa yang harus aku sesalkan?

Bila angin telah datang, dan waktu kita telah usai, lepaskanlah genggamanmu.
Angin mengetahui arah, dia tau segalanya.
Percayakan aku padanya. Akankah kau?

Angin adalah takdir, ia akan menuntunku.
Angin adalah takdir, ia akan membawaku kepada kehidupan baru.
Itu bukan Kau, memang.
Apa yang harus aku sesalkan?

“Daun tak pernah menyesal ketika harus berpisah dengan ranting.”, katamu.
Aku pun tidak.

Apakah aku adalah Daun dan kau adalah Ranting?

No comments:

Post a Comment